Mapay Jalan Satapak Mipir Gawir Nu Lungkawing

Monday, November 1, 2010

Pulau Tinjil




Pulau Tinjil adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Samudra Hindia, berada di titik koordinat 6°57′44″LS,105°47′0″BT. Secara administratif termasuk Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Banten, Pandeglang, Propinsi Banten. Pulau tersebut merupakan pulau kecil dengan luas sekitar 600 hektar (panjang 6Km dan lebar 1Km).
Hamparan pasir putih membentang di sepanjang pantai, sesekali terdengar suara binatang hutan bersahutan, ditimpali desiran ombak. Selebihnya adalah kesenyapan yang membungkus Pulau Tinjil. Pulau ini amat resik dengan panorama yang menyejukkan. Sejauh mata memandang, hanya ada hijau dedaunan. Aneka fauna khas pulau tropis berseliweran dengan bebas tanpa takut diusik manusia. Vegetasi yang dapat dijumpai di pulau ini adalah ketapang, melinjo, sawo hutan, nipah dll.
Pulau tinjil termasuk dalam wilayah pengelolaan hutan Perum Perhutani KPH Banten BKPH Malingping RPH Malingping, namun sejak tahun 1988 melalui proyek kerjasama penangkaran satwa primata, pulau Tinjil digunakan sebagai Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), yang diperuntukkan bagi penangkaran monyet berekor panjang ((Macaca fascicularis)
Di pulau seluas 600 hektar ini tidak dihuni oleh penduduk secara permanen, hanya terdapat sekitar 10 orang pengelola satwa primata dan beberapa orang nelayan binaan yang terdapat di tiga lokasi pinggir pantai selebihnya dihuni oleh "kerajaan" monyet berekor panjang (Macaca fascicularis), banyak ditemukan juga biawak yang melintas baik di hutan, sepanjang pantai maupun di sekitar pondok.
Kera hasil panen entah itu kera yang ditangkarkan dari Bogor atau anakannya telah dimanfaatkan dalam berbagai penelitian biomedis di Pusat Penelitian Primata Universitas Washington di AS dan institusi lainnya. Sebagian besar di antaranya dimanfaatkan dalam penelitian yang terkait dengan virus HIV dan AIDS. Termasuk penelitian untuk pengembangan dan pengujian vaksin maupun penelitian pengobatan untuk mengendalikan infeksi virusnya. Selain dengan Universitas Washington, Pusat Studi Satwa juga bekerja sama dengan lembaga riset primata yang ada di Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.
Pada akhir bulan Juli 2009 saya bersama Tim Perisalah SPH 1 Bogor menginjakan kaki di Pulau Tinjil dan Tim lainnya ke Pulau Deli untuk melakukan risalah hutan. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat menggunakan mobil dari Bandung selama 8 jam menggunakan jalur selatan atau 10 jam menggunakan jalur utara menuju Binuangeun, jalur selatan menawarkan pemandangan yang lebih baik karena sepanjang jalan melewati pesisir Pantai Selata Pulau Jawa. Transportasi dari Binuangeun menuju Pulau Tinjil menggunakan kapal nelayan yang disewa dari penduduk sekitar dengan perjalanan yang ditempuh 16 Km selama 2 jam.
Untuk masuk ke pulau ini, ternyata tak gampang. Mula-mula, harus ada izin resmi dari Pusat Studi Satwa Primata. Si pengunjung juga harus lulus pemeriksaan kesehatan agar tidak menularkan penyakit kepada populasi monyet yang bebas beberapa jenis patogen atau virus, seperti tubercolosis (TBC) dan simian retrovirus (SRV). Urusan pemeriksaan kesehatan para calon pengunjung akan ditangani oleh petugas pengelola Pulau Tinjil. Setelah mendapat ijin barulah kita bisa menunggu pemberangkatan tepatnya di Basecamp IPB di Kampung Muara, Desa Cikiruh Wetan, Kecamatan Binuangen. Wilayah ini merupakan lokasi paling dekat untuk menjangkau pulau dan dijadikan Pusat Studi Satwa sebagai tempat transit dan sterilisasi pengujung sebelum menyeberang ke pulau kera. Lolos dalam pemeriksaan, pengunjung memerlukan waktu sekitar dua jam untuk mencapai pulau kera dari Kampung Muara Binuangeun (MB). Selama perjalanan, jangan harap penumpang motor bisa bersantai atau sempat menikmati perjalanan layaknya piknik-piknik wisata. Ombak yang tinggi dan besar siap menyerbu perahu motor yang lewat setiap saat.

1 comment:

  1. Tertarikjuga ingin kesana .. boleh Tau tlpnya say ingin Tanya Tanya

    ReplyDelete